Beranda | Artikel
Beriman Kepada Takdir
Kamis, 11 April 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan

Beriman Kepada Takdir merupakan rekaman kajian Islam yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Syarah Aqidah Thahawiyah karya Imam Ath-Thahawi Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 8 Rajab 1440 H / 15 Maret 2019 M.

Status Program Kajian Kitab Syarah Aqidah Thahawiyah

Status program Kajian Syarah Aqidah Thahawiyah: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Jum`at pagi, pukul 06:00 - 07:30 WIB.

Download kajian sebelumnya: Pengambilan Janji Pada Anak Cucu Keturunan Adam

Kajian Tentang Beriman Kepada Takdir – Syarah Aqidah Thahawiyah

Apa yang dijelaskan oleh Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi Rahimahullah merupakan salah satu prinsip dari sekian banyak prinsip-prinsip aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Beliau menjelaskan bahwa pembahasan tentang takdir itu merupakan rahasia ilmu Allah ‘Azza wa Jalla. Dan sebagaimana yang kita maklumi, tidak seorangpun yang bisa mengetahui ilmu Allah ‘Azza wa Jalla yang maha luas. Baik ilmu yang berkaitan dengan perbuatan makhluk atau perbuatan Allah sendiri, semua itu rahasia Allah.

Kemudian juga semuanya yang diketahui Allah Subhanahu wa Ta’ala ditulis di Lauhul Mahfudz. Dan tidak seorangpun yang mengetahui apa yang tertulis. Sampai pun para Malaikat tidak mengetahui, begitu juga para Nabi yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka tidak mengetahui hal itu.

Begitu juga kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala yang meliputi seluruh makhlukNya yang tidak terbatas serta ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa yang diciptakan oleh Allah, apa yang ingin diciptakan, apa yang belum diciptakan dan yang akan diciptakan oleh Allah. Semua itu adalah rahasia ilmu Allah yang hanya diketahui Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sehingga apabila seseorang memaksakan dirinya untuk mendalami lebih jauh, meneliti lebih dalam hanya berlandaskan akal semata logika, maka sungguh dia tidak akan bisa mengetahui hal itu bahkan itu merupakan sebab yang akan menjerumuskan ia dalam kehinaan. Dan juga merupakan tangga demi tangga yang dia akan lewati, yang akan dia lalui, yang akan menjerumuskan dia dalam hal-hal yang terlarang atau kesesatan.

Karena hal demikian itu merupakan sikap yang telah melampaui batas. Maka kata beliau, hendaklah  kita waspada dan berhati-hati jangan sampai kita mendalami dan meneliti perkara tersebut terlampau jauh atau melampaui batas yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala baik secara pikiran, penelitian atau apa yang ada dalam jiwa kita berupa was-was yang itu merupakan sikap yang ditanamkan oleh iblis dalam diri manusia sehingga menjadikan seseorang ragu dan bimbang.

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak boleh ditanya tentang perbuatannya kenapa Allah menciptakan. Adapun manusia, merekalah yang akan diminta pertanggungjawaban terhadap perbuatan mereka. Mereka akan ditanya, kenapa melakukan hal itu, apa tujuannya dan apa landasannya.

Maka dalam aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak boleh didalam memahami pembahasan takdir kita bertanya dengan redaksi:

  • kenapa Allah menciptakan?
  • kenapa Allah menghendaki hal ini?
  • kenapa Allah melakukan?

Itu adalah pertanyaan yang tidak diperbolehkan. Pertanyaan tentang perbuatan Allah. Allah mengatakan:

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ ﴿٢٣﴾

Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiya[21]: 23)

Maka kata Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi Rahimahullah, barangsiapa yang menyelisihi lalu dia bertanya “kenapa”, itu sama saja artinya menolak hukum Al-Qur’an, maka konsekuensinya barangsiapa yang menolak hukum Al-Qur’an maka dia termasuk ke dalam orang-orang yang kafir.

Pembahasan Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi Rahimahullah tentang takdir ini yaitu menjelaskan secara umum tentang hakikat secara global masalah takdir. Tapi beliau tidak menjelaskan secara spesifik tentang aqidah atau tentang prinsip-prinsip yang berkaitan dengan masalah ini. Maka ada baiknya untuk lebih bisa dipahami dengan jelas, kita akan mencoba menjelaskan secara sistematis dan juga terperinci tentang apa saja hal-hal yang diyakini oleh sunnah tentang masalah takdir ini.

Yang pertama, bahwa beriman kepada takdir terbagi pada dua macam. Beriman secara global dan beriman secara terperinci. Secara umum, wajib kita mengimani bahwa segala sesuatu dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak satupun yang terjadi, baik itu suatu kebaikan atau kejelekan, semua itu dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka wajib kita imani bahwa segala sesuatu yang terjadi di permukaan bumi ini, baik yang telah terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi, semua itu tidak keluar dari takdir Allah dan bila hal itu terjadi, itu pasti Allah telah menghendaki kejadian atau terjadinya hal tersebut. Itu kita imani.

Bila seseorang mengimani semua hal itu, maka secara umum imannya sah terhadap takdir. Tapi tentunya kurang sempurna imannya, bila dia hanya mencukupkan diri tentang hal itu saja. Bahkan sangat dikhawatirkan dia bisa terjerumus kedalam pemikiran-pemikiran atau aqidah-aqidah yang menyimpang bila dia tidak memahami perincian tentang aqidah Ahlus Sunnah dalam masalah takdir.

Yang kedua, beriman kepada takdir secara terperinci yaitu mengimani semua yang tertera di dalam Al-Qur’an dan hadits yang berkaitan dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Diantaranya yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits, maka kita imani.

Dalam hal ini ada baiknya kita jelaskan terlebih dulu hakikat takdir. Yang dimaksud beriman kepada takdir adalah bahwa kita mengimani Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui segala sesuatu sebelum hal itu terjadi, segala sesuatu itu telah tertulis di Lauhul Mahfudz, kemudian segala yang terjadi telah dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan itu semua termasuk ke dalam ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itulah secara global atau secara umum makna dari takdir. Sehingga dari definisi tadi kita memahami bahwa beriman kepada takdir itu mencakup dua tingkatan. Tingkatan yang pertama, yaitu sebelum penciptaan. Dan tingkatan yang kedua adalah setelah penciptaan.

Sebelum penciptaan, kita mengimani bahwa Allah telah mengetahui segala sesuatu. Sebelum Allah menciptakan seluruh makhluk di langit dan di bumi, Allah telah mengetahui. Dan yang telah Allah ketahui tersebut itu, ditulis di Lauhul Mahfudz sebelum penciptaan. Kemudian bila hal itu terjadi, maka itu semua dengan izin Allah dan dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Simak pada menit ke – 14:46

Download MP3 Kajian Tentang Beriman Kepada Takdir – Syarah Aqidah Thahawiyah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47009-beriman-kepada-takdir/